Selamat pagi,
Pagi waktu yang baik untuk memulai aktifitas, jangan lupa
ajak segelas susu dan biskuit rendah lemak! Gayaaa :p
Oya, have you ever heard about boundaries? Haha. Kalau dalam
interior rumah, biasa disebut sekat, yang bobotnya lebih berat biasa disebut
tembok. Well, gue tidak sedang ingin membahas tentang interior rumah atau
artian dari si kata boundaries. Yang ingin gue bicarakan adalah tentang istilah
lain dari kata-kata yang udah gue sebut diatas, batasan.
Sejak kecil, kita sudah dikelilingi partisi-partisi. Orang tua membentengi diri kita dengan seabrek peraturan, membatasi
gerak-gerik anaknya yang masih lugu nan polos juga lucu haha. Seiring berjalannya
waktu, kita dimasukkan dalam lembaga formal (sekolah) yang juga membatasi kita,
berbekal peraturan dan embel-embel lainnya. Setelah lepas dari kekangan sekolah
yang 12 tahun lamanya, gue mengira partisi-partisi bebas sudah mulai mengurai
zatnya, namun kenyataan berkata lain, gue masih dibentengi! Keluar dari hal-hal
berbau pendidikan dan keluarga, masih juga dibatasi oleh agama, norma dalam masyarakat,
adat istiadat, dan lagi-lagi peraturan. Ternyata lepas dari semua itu masih ada
juga yang membatasi gue, pasangan. Huahahahahaha
Terkadang, gue merasa gerah sama partisi-partisi tak nampak
itu. Kalau dipikir-pikir, apa guna hidup kalau harus ada benteng tak bergerak
yang terus-terusan membatasi kita dalam melakukan sesuatu, mengutarakan
sesuatu, bahkan berfikir.
Pada akhirnya, gue membentengi diri gue sendiri. Membentengi
diri dari hal-hal yang menurut gue tidak benar, sesuai dengan pengalaman yang
mengajari, mana yang benar juga salah. Salah gak sih? Asal jangan jadi pribadi
yang inferior, gue rasa gak masalah.
Menetapkan batasan-batasan, itu penting dan wajib hukumnya. Ini
baru gue sadari ketika gue berniatan untuk menjadi pembobol partisi gila itu. Sejenak
gue tersadar kalau kita hidup tanpa batasan, tembok, partisi, boundaries dan
aturan, apa jadi nya dunia?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar