Minggu, 27 Oktober 2013

Dilema Kopi

Kopi adalah minuman favoritku selain air mineral atau biasa disebut air putih kalo dirumah. (Maaf, aku menduakanmu!!)
Setiap hari, selalu ku sempatkan untuk menyeduh paling tidak 1 gelas kopi untuk menemani hari. Biasanya aku meminumnya di pagi atau sore hari, emm tergantung kondisi dan situasi sih hehe.

Kalo ditanya kopi jenis apa yang disuka, aku kurang tau persis. Yang kutahu minuman yang bernama kopi, dibuat dari ramuan bubuk hitam diberi air panas, dapat disuguhkan dengan berbagai macam tambahan seperti gula, susu, coklat, dll. Yang kusuka ramuan bubuk hitam dicampur susu! Nyum. Kopi hitam pekat pun kadang ku santap juga.

Walau minuman ini banyak khasiat dan rasanya enak, perutku terkadang suka merintih kesakitan jikalau sudah terlalu banyak aku meminum minuman bercafein itu.

Dilema terkadang.
Disatu sisi, kepalaku suka sedikit pening (entah karna sugesti atau memang sudah kecandu atau bisa saja karna aku yang suka melebih-lebihkan) kalau belum meminum kopi.
Disisi lain, perutku suka meringis kalau kebanyakan diberi minuman tersebut.

Bahkan, sudah banyak gelas kopi ku tegak. Rasa pening dikepalaku tak kunjung hilang. Dan rasa nyeri diperutku makin bertambah dahsyat.

Gila! Gila ku rasa. Dalam satu badan, ada saja yang tidak seirama, tidak seiman dengan keyakinanku bahwa meminum kopi itu membawa kenikmatan tiada dua.

Tapi, seberapa sakit yang perutku alami, tetap saja belum ku berhentikan meminum kopi. Sampai pada akhirnya rasa mual mengrayangi rongga mulut juga lidah, sampai-sampai untuk makanpun tak enak. Yaa kurasa cuti minum kopi beberapa hari bisa menormalkan beberapa organ yang sedikit menolak kedatangan serbuan cafein di tubuh.

Mungkin, tidak hanya aku yang merasa demikian. Hanya saja hal ini membuatku sadar akan satu hal. Jika kita terlalu mencintai/menyukai suatu hal, walau tau itu terkadang nyakiti/njelei/mesake, tetep aja dipelihara/dijaga/di-di lainnya.

Hah.... Namanya juga Manusia!
Ah! Sayangnya, aku terlalu sayang membiarkan kopi untuk tidak diminum.

Minggu, 06 Oktober 2013



Selamat sore,
Setelah sekian lama tidak meluangkan waktu untuk ketak-ketik keyboard, di hari minggu yang kebangetan cerah ini akhirnya terlampiaskanlah hasrat yang lamaaaaa terpendam ehehehe.
Sekitar nyaris 3 bulan lamanya gue mempunyai aktifitas baru yaitu; mengajar. Gak tanggung-tanggung, gue langsung mencemplungkan diri ke sekolah swasta yang punya akreditasi baik. Gilaaaak!!! Satu kata yang terlintas dibenak gue beberapa hari sebelum mengajar. Terlebih ketika guru pamong gue nanya; “pernah ngajar sebelumnya?” hehehe.

Gue magang di SMA Labschool Jakarta, bersama tiga teman; Dina, Suci dan Rifai. Jumat, 19 July 2013 hari pertama kami masuk sekolah sebagai guru huahahahaha. Minggu pertama, kami hanya membantu karyawan TU dan mengobservasi sekolah juga mengamati guru pamong kami mengajar. Pak Iwan namanya, beliau terlihat piawai sekali mengajar. Salah satu contoh guru sejarah yang tidak membosankan. Pertama melihat beliau mengajar, tersepona sekaligus jiper. Gue dengan tanpa keahlian juga pengalaman mengajar, menggantikan seorang guru yang ........ sangat ........ bisa terbayang kan perasaan gue gimana waktu itu?
Ha ha.

Minggu kedua kami di Labschool, langsung diberi tawaran mengajar sambil didampingi Pak Iwan tentunya. Sungguh pengalaman yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Dan ternyata, mengajar tidak semudah yang gue bayangkan!

Hari demi hari kami lewati, tak terasa sudah satu bulan lamanya menjadi guru-guruan. Masalah-masalah kecil didalam kelas, tidaklah seberapa menurut kami. Justru, cibiran-cibiran plus tatapan nyinyir dari beberapa guru yang doyan ngerumpi menjadi masalah yang cukup besar buat kami, gue terlebih. Agak sulit ternyata menjadi warga baru disebuah lingkungan baru, walau tak lagi asing dimata.

Sebelumnya, ada beberapa pengalaman menarik ketika minggu-minggu pertama gue menginjakkan kaki disekolah. Pertama, gue diacungi jari tengah oleh salah satu murid kelas X yang gak jelas rupa dan bentuknya, yang gue ingat dia berjenis kelamin laki-laki! Kedua, dipait-paitin sama murid kelas XI IPS. Dan yang ketiga, yaa itu tadi nyinyiran gak bermanfaat dari beberapa guru.

Melihat tindak-tanduk anak-anak, seolah mengingatkan gue dengan masa-masa SMA. I just wanna go back, sometimes. Setiap kelas, punya ciri khasnya masing-masing so do every single kid. Dalam 1 angkatan kelas X (kebetulan gue mengajar 4 kelas X, 3 kelas berlabel IPA dan sisanya IPS), terdapat beberapa ‘special kids’. Salah satu diantaranya si Hyperactive yang super pinter dan si Skeptic which have an bullying problems. Dari sini gue belajar, belajar banyak.  

Membantu TU dalam pekerjaan rumah tangganya, menyadarkan gue kalo pekerjaan mereka tidak semudah yang terlihat dimata. Membundel beratus-ratus surat, soal ulangan, mengentry data ratusan murid and so on. Pekerjaan ini cuma gue lakuin setiap kamis dan jumat, sampai-sampai jadi bahan tertawaan wakil kepala sekolah bidang akademik. Duh! Pak Ano panggilannya, terkadang omongannya suka bikin kita senyam-senyum, apalagi tingkahnya yang terkadang lucu sekaligus konyol haha. Disuatu hari, ketika gue gak ngawas UTS sesi 1 dan lagi asik main Tab, beliau nyamperin sambil nanya;
“kamu punya Candy Crush gak”
“enggak, pak”
“payah!” Sambil mengacungkan jempol kebawah, sambil berjalan menuju mejanya. Gak lama beliau nyamperin lagi sambil nunjukkin ipadnya, dan bilang:
“saya udah level 80 dong”
“ok, pak! Saya download sekarang!”
What a conversation! Ha ha.

So far, mengajar menjadi salah satu kegiatan yang gue tunggu-tunggu setiap minggunya. Dan menjadi topik pembicaraan favorit buat gue hehe :$ Beberapa murid perempuan bilang kalo i’ve got a style! i... appreciate it hihi. And some guy, are so funny with those behavior. Aaah.. Kid!