Sabtu, 30 Maret 2013

Gay Guy


Selamat hari minggu, semoga keberuntungan menghampiri kamu :D

Weew, akhirnya... Abang-abang mood menghampiri setelah sekian lama tidak memposting di amaulidta[at]blogspot[dot]com, GOD!

Kali ini gue mau sedikit (banyak) cerita tentang topik yang sedang gue gandrungi beberapa semester terakhir hoho. Yes! LGBT Things. But this time, i wanna share something about the G(ay) first. This “Gay thing” was spinning in my head for sooo long. It was really interesting! Speak about how they live their life as a minority, their realitionship, and so on.

What i get from those Gay guys is they are exactly same with us, feeling guilty, happy, sad, broken hearted, fallin in love... and what is the differences? Their faith, believes about sexual which contradiction with the religion and norms. They are attracted to people of his own gender.


Gay merupakan sinonim dari homosexual, berupa gambaran dari ketertarikan sesama jenis baik sesama lelaki atau sesama perempuan. Namun, penyebutan Gay lebih lazim digunakan untuk kaum adam karena penyebutan untuk hubungan sesama jenis perempuan sudah menggunakan kata ganti Lesbia(an). Gue tidak ingin menjabarkan lebih lanjut mengenai pengertian beserta tetekbengek nya kata-kata diatas, juga sejarahnya. Karena bisa lo lihat secara lengkap di wikipedia[dot]com, hehehe.   

Disini gue lebih concern sama perkembangan Gay di Jakarta (khususnya). Setelah melakukan pengamatan kecil-kecilan -karena gue orangnya kurang kerjaan dan suka mau tau urusan orang hehe- gue mengambil kesimpulan kalau perkembangan Gay diakhir tahun 2000-an berkembang pesat. Apalagi media massa mensupport sekali keberadaan kaum minoritas ini. Fenomena yang dapat dikategorikan baru, ternyata sudah lama keberadaannya di tanah air.

Setelah Indonesia Merdeka (lepas dari kolonial) hingga menjamurnya media massa ternyata mempengaruhi keberadaan kelompok ini. Ternyata hubungan sesama jenis di Indonesia ada jauh sebelum penggiat hubungan sesama jenis ini mengenal keadaan yang sama di Barat maupun negara-negara lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah kaum menengah, tidak sedikit kaum menengah keatas, juga menengah kebawah. – Gay of Archipelago

Setelah masuknya mereka dibeberapa acara tv, dengan atau tidak menyantumkan embel-embel Gay, membuat mereka (secara tidak langsung) kaum ini diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, Jakarta khususnya. Masyarakat urban yang tidak dapat menangkis pengaruh globalisasi, juga zaman yang menuntut segalanya serba perfect, turut menyumbang sebagian besar perkembangan kaum Gay. Tidaklah sulit menemukan website, juga tempat berkumpulnya orang-orang Gay. Mereka berada diberbagai aspek masyarakat, banyak pula yang menjadi pekerja seni. Tetapi, mereka mempunyai kehidupan sosial yang lebih baik daripada kaum LGBT yang bekerja sebagai pekerja lainnya. Ketika masyarakat membutuhkan hiburan, tidak peduli latarbelakang individu tersebut, selagi mereka dapat tertawa dan terhibur permasalahan yang awalnya dijadikan busur panahan berubah.

Namun, hadirnya kaum Gay di Jakarta ternyata tidak disambut hangat. Jelas alasannya, bahkan dinegara-negara barat penerimaan mereka pun masih menemui kendala. Walau seiring berjalannya waktu, mereka semakin vokal menuntut penyamarataan hak, hukum juga dimata sosial.

Pertanyaanku: Salah kah mereka, dengan keyakinan yang dipilih? Terlepas dari sudut agama dan norma-norma yang ada?! Jika salah, jangan lupa, tiap-tiap mereka mempunyai hak-hak asasi manusia! Yea, para pembuat kebijakan pun bingung dibuatnya.

Menurut gue pribadi, enggak... Tapi karena sejak kecil gue mendapat didikan agama yang cukup kuat juga dibentengi norma-norma ketat yang cukup membuat gerah, membuat ada dualisme didalam diri. In a hand i do accepted those Gay guy, but in another hand....

What am i supposed to do, than?! What the hell you supposed to do?!

But.. gue baru inget postingan gue bukanlah mencari jawaban atas apa yang harus gue perbuat, dll. Gah!

Back to topic... Gay di Jakarta jadi semacam trend gitu, agree gak? Mau kemanapun gue pergi, pasti nemu deh satu-dua atau bahkan sekelompok orang-orang Gay hehe. They like somekind of something which grow faster than you know hehe. Sering mengerenyitkan dahi terkadang, sering juga senyam-senyum sendiri ngeliatnya. As long as they’re fine, i will zip my lips.

Nah! Beda cerita kalo gue lagi sama temen gue (laki-laki) yang kebetulan normal, mereka semacam membuat benteng bagi orang-orang ini. Banyaklah alasan yang mereka utarakan, secara tersirat tentunya. Tapi banyak juga Gay guy yang bergaul dengan laki-laki normal. Ya itu tadi, as long as they’re fine , i’ll be fine too.

Sekarang gue beralih ke orang-orang yang mm bisa dibilang menentang Gay. Mereka membawa nama agama dan norma-norma sosial yang berlaku. Agama apapun itu (Islam, Kristen, Yahudi, Buddha, Hindhu) tidak mengajarkan untuk berhubungan sesama jenis. didalam norma sosial juga senada. Bahkan seperti yang kita tahu, kaum minoritas pasti mendapat diskriminasi dalam masyarakat. Mereka itu salah, dan harus diluruskan kembali kejalan yang benar.

Be patient, guys!

Sulit memang ketika dihadapkan dengan fenomena (apalagi) sosial yang ada. Penyelesaiannya tidaklah mudah. Mari tilik kembali pada masa kepemimpinan Hitler, yang memusnahkan kaum minoritas; Yahudi, homosexual, orang cacat. Pemusnahan ternyata bukanlah jalan keluar. Pendiskriminasi-an juga bukan jalan keluar.

Walau banyaknya pro dan kontra yang ada, semata-mata membuat keadaan ini menjadi dinamis, ya namanya juga fenomena sosial.. Terlepas dari itu, kaum Gay juga LGBT, sudah mulai diterima oleh masyarakat. Sudah dianggap ‘biasa’. Label minoritas, seakan-akan luntur. Mungkin, karena partisipasi mereka dalam kehidupan bermasyarakat yang cukup besar.

Well...
Menjadi Gay itu, pilihan. Menjadi normal -pandangan seksualnya-, juga pilihan. Gue, aku, kamu, elo, Kita, sama-sama punya pilihan. Ariflah dalam memilih, toh hidup cuma sekali. Aku as a person menghargai pilihan-mu, asal kamu bahagia. xoxo :)



Regards,

Aem ^_^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar